Catatan Khotbah untuk Ibadah Minggu Advent II (9-12-2018)


Matius 24: 3-14
“Bertahan Sampai Pada Kesudahannya”


Saat ini kita telah memasuki minggu Advent ke-2 dan minggu Advent dirayakan oleh umat Kristen selama 4 minggu sebelum hari Natal. Arti Advent sendiri adalah kedatangan (Latin: adventus; Yun: parousia). Jadi minggu Advent adalah masa persiapan atau penantian akan kedatangan Yesus kembali. Gereja merayakannya untuk menantikan kedatangan Tuhan Yesus kembali, sebagaimana yang disaksikan dalam Alkitab, khususnya dari pembacaan hari ini.
Para murid dalam bacaan ini bertanya kepada Yesus tentang tanda-tanda kedatangan-Nya kembali. “Katakanlah kepada kami, bilamanakah itu akan terjadi dan apakah tanda kedatangan-Mu dan tanda kesudahan dunia?” (ay. 3). Pertanyaan para murid ini tidak terlepas dari keyakinan umum yang ada di kalangan orang Yahudi pada masa itu, yang meyakini bahwa Mesias akan datang untuk membawa zaman keemasan atau zaman yang penuh kemuliaan bagi mereka, tetapi zaman itu akan didahului oleh masa yang penuh dengan kesengsaraan. Akan ada peralihan/transisi dari zaman ini ke zaman yang akan datang itu, namun peralihan ini berlangsung bukan tanpa goncangan.
Karena itu, menjelang kedatangan Yesus kembali (yang diyakini sebagai Sang Mesias oleh umat Kristen) akan terjadi banyak goncangan (seperti yang dikatakan dalam perikop ini): akan terjadi peperangan atau konflik antar bangsa, bencana alam/gempa bumi, kelaparan, penyesatan dll. Lalu bagaimana sikap orang Kristen dalam menghadapi keadaan seperti ini? Orang Kristen tidak perlu takut dan gelisah. Dalam perikop ini Yesus berkata: “...jangan kamu gelisah; sebab semuanya itu harus terjadi” ( ay. 6). Kata “harus” (Yun: dei) bermakna bahwa semua peristiwa itu memang harus terjadi sesuai dengan rencana Allah, namun kemenangan akhir ada di tangan Allah.
Memang menjelang kedatangan Yesus ada banyak hal/peristiwa yang akan terjadi dan dialami juga oleh orang Kristen, di antaranya mereka akan dianiaya dan disiksa oleh karena nama Yesus. “Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku” (ay. 9). Sama seperti Yesus yang “diserahkan” untuk disiksa dan mati di kayu salib, maka hal tersebut juga akan terjadi pada diri orang Kristen. Mereka akan mengalami penderitaan atau kesengsaraan seperti yang pernah dialami oleh Yesus.
Ketika diperhadapkan dengan penderitaan dan siksaan tersebut, perikop bacaan ini mengatakan bahwa banyak orang Kristen yang akan murtad. Ayat 10 berkata: “... dan banyak orang akan murtad dan mereka akan saling menyerahkan dan saling membenci.” Ini menggambarkan bahwa menjadi orang Kristen itu tidak mudah, ikut Yesus itu tidak gampang. Karena itu, dalam keadaan apapun, kita dipanggil untuk siap menderita dan setia dalam memikul salib.
Mengapa banyak yang murtad? Karena mereka tidak sungguh-sungguh dalam mengikut Tuhan. Memang banyak yang ingin ikut Tuhan, tetapi mereka ikut Tuhan dengan motivasi yang tidak benar (ikut Tuhan dengan harapan ingin mendapat kesenangan/hidup enak saja, tetapi bagaimana jika harus menghadapi kesulitan, penderitaan dan tantangan? Akankah kita tetap setia atau justru menjadi kecewa, lalu mundur dari panggilan hidup sebagai orang Kristen?). Padahal semua penderitaan yang mesti kita alami itu merupakan kehendak Tuhan bagi kita. Tuhan sesungguhnya ingin menguji/melatih iman kita dan mendewasakan kita melalui berbagai penderitaan yang kita alami (1Pet. 1: 6-7). Ingatlah akan kisah Ayub dalam Perjanjian Lama yang menderita sebagai orang benar. Walaupun ia menderita, ia tetap bertekun dalam imannya. Jadi meskipun kita harus menderita sebagai orang Kristen, kita diingatkan untuk tetap setia dan bertahan (Yun: hupomonein; artinya: bertekun di tengah cobaan, tabah) sampai pada kesudahannya, sebab barangsiapa yang bertahan sampai pada kesudahannya (Yun: eis telos) akan selamat (ay. 13).
Hidup sebagai orang Kristen bukanlah hidup yang mudah. Kita akan menghadapi tantangan iman yang berasal dari dunia ini (akan ada penyesatan, nabi-nabi palsu, kedurhakaan, bahkan kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin), tetapi Yesus berpesan agar kita jangan takut, gelisah dan bimbang. Kemenangan akhir ada di tangan Allah, dan orang-orang yang setia kepada-Nya tidak akan pernah dikecewakan. Yang harus kita lakukan adalah tetap setia melaksanakan tugas panggilan kita, yaitu memberitakan Injil Kerajaan Allah sebagai suatu kesaksian bagi segala bangsa (ay. 14). Injil itu kita beritakan dan nyatakan melalui sikap hidup yang tabah dan setia di tengah-tengah berbagai tantangan/penderitaan yang harus kita hadapi.
Seseorang pernah berkata: “Hidup ini memang BERAT”, tapi bila ditambahkan huruf “K” di tengah kata “BERAT” itu, akan menjadi “BERKAT”.  “K” itu adalah KRISTUS...hidup seberat apapun, bila selalu ada KRISTUS di tengahnya, maka akan menjadi “BERKAT”. Karena itu, jalanilah hidup dengan selalu mengandalkan KRISTUS, bukan yang lain.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGAN MATIUS 11:25-30

Pandangan Yahudi dan Yunani tentang Kebangkitan Yesus dan Orang Mati