Catatan khotbah minggu/10 Feb 2019


Keluaran 33:1-6
(Disampaikan dalam ibadah minggu di GKPS Jemaat Peniel  P.Siantar)

Sesuai dengan namanya, maka kitab Keluaran ini adalah kitab yang menceritakan keluarnya (eksodusnya) bangsa Israel dari tempat perbudakan di tanah Mesir. Dan berapa lamakah mereka hidup sebagai budak di tanah Mesir? Menurut catatan dari kitab ini, khususnya Keluaran 12:40, mereka tinggal di tanah Mesir dan diperbudak oleh bangsa Mesir selama 430 tahun (bnd. Kej. 15:13).
Dan bangsa Israel itu berhasil keluar (bebas dari perbudakan) setelah Tuhan menghukum bangsa Mesir dengan berbagai tulah. Dan tulah terakhir yang memaksa Firaun untuk membiarkan bangsa itu pergi adalah tulah kematian anak sulung. Tanpa pertolongan Tuhan yang membebaskan, mereka jelas tidak mungkin dapat keluar dari tanah perbudakan itu. Tindakan Allah yang membebaskan itu bermakna bahwa Ia adalah Allah yang Maha kuasa. Ia berkuasa atas bangsa-bangsa di dunia ini, dan Ia telah memilih bangsa Israel sebagai umat kesayangan-Nya.
Setelah mereka berhasil keluar dari tanah Mesir, maka Tuhan terus menuntun umat-Nya itu dengan tiang awan dan tiang api menuju tanah perjanjian. Namun ketika berhadapan dengan berbagai kesukaran/kesulitan di sepanjang perjalanan, mereka mulai bersungut-sungut kepada Tuhan. Sekalipun demikian Tuhan tetap mengasihi mereka, dan mencukupkan segala kebutuhan hidup mereka, baik itu kebutuhan makan, minum maupun perlindungan dari musuh-musuh mereka.
Walaupun bangsa Israel harus menghadapi berbagai kesulitan di sepanjang perjalanan mereka, Tuhan menghendaki agar mereka tetap fokus pada tujuan mereka, yakni melanjutkan perjalanan menuju tanah perjanjian. Itu sebabnya Tuhan berfirman kepada Musa di ayat 1: “Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa itu yang telah kau pimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah Kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, demikian: Kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri itu.”
Tuhan telah berjanji akan memberikan tanah Kanaan kepada bangsa Israel sebagai keturunan Abraham, Ishak dan Yakub, dan janji itu pasti akan tergenapi, namun Tuhan juga meminta agar mereka jangan takut. Yang harus mereka lakukan adalah terus berjalan dan melangkah, sebab Tuhan berjanji bahwa Ia akan senantiasa menyertai umat-Nya. Apa bukti bahwa Ia menyertai mereka? Malaikat-Nya akan diutus untuk berjalan di depan mereka, sehingga segala halangan/rintangan tidak akan mampu menghambat perjalanan mereka. Segala bangsa yang akan menghalangi perjalanan mereka akan dihalau oleh Tuhan (ay. 2).
Tuhan telah menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya kepada umat Israel, lalu bagaimana dengan sikap mereka? Mereka seharusnya taat kepada Tuhan dan mendengarkan segala firman-Nya. Memang disebutkan dalam perikop ini bahwa mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk (keras kepala) sehingga Tuhan murka terhadap mereka, bahkan karena begitu kecewanya Tuhan sehingga dikatakan Ia tidak lagi mau berjalan di tengah-tengah mereka, tetapi apakah untuk selamanya mereka harus terus-menerus menjadi orang yang tidak setia kepada Tuhan? Tentunya tidak!
Tuhan menyelamatkan mereka dan memanggil mereka agar menjadi umat-Nya yang setia dan taat. Mereka harus menjadi umat yang kudus sebab Tuhan Allah yang memanggil mereka adalah Tuhan yang kudus. Dalam 1 Petrus  1:14-16 firman Tuhan berkata: “Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: “Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.”
Jadi ketaatan sebagai umat yang kudus, itulah yang diharapkan Tuhan dari umat-Nya. Ketaatan itu bukan hanya diucapkan, tetapi harus dibuktikkan dalam sikap hidup sehari-hari. Ketaatan itu juga diperlihatkan oleh bangsa Israel ketika Tuhan menyuruh mereka untuk menanggalkan perhiasan mereka (ay. 5c-6). Mengapa Tuhan menyuruh mereka menanggalkan perhiasan mereka? Sebab mereka telah memakai perhiasan itu untuk mendirikan berhala patung lembu emas (Kel. 32:3-4). Berkat yang ada pada mereka bukan digunakan untuk memuliakan Tuhan, tetapi dipakai untuk berbuat dosa sehingga membangkitkan murka Tuhan.
Oleh karena itu, mari kita belajar untuk menjadi umat-Nya yang taat dan setia, dengan bersedia mendengarkan dan melakukan segala perintah-Nya. Ketika Tuhan sudah memberkati kehidupan kita, ingatlah selalu akan kebaikan-Nya. Ingatlah selalu untuk mengucap syukur kepada-Nya. Semua berkat yang kita terima dan nikmati adalah pemberian-Nya, bukan kita peroleh oleh karena kekuatan kita (bnd. Ul. 8:17-18). Karena itu, mari kita gunakan segala berkat yang ada pada kita untuk mempermuliakan nama-Nya, dan bukan digunakan untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya.
Untuk tetap taat kepada Tuhan bukanlah hal yang mudah, untuk mengikuti Tuhan bukanlah perkara yang gampang, namun ketika kita menghadapi berbagai tantangan ingatlah Tuhan selalu ada untuk kita, Ia tidak akan tinggal diam. Dia akan menyertai dan menolong kita. Musa juga menyadari akan hal itu, sehingga ia berkata di ayat 15: “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” Ini mau menunjukkan bahwa tanpa Tuhan kita tidak dapat berbuat apa-apa (kita lemah dan tidak berdaya). Hanya Tuhan sebagai sumber kekuatan, sumber anugerah, yang dapat menolong kita di sepanjang perjalanan kita menuju masa depan yang cerah.











Komentar

Postingan populer dari blog ini

RENUNGAN MATIUS 11:25-30

Pandangan Yahudi dan Yunani tentang Kebangkitan Yesus dan Orang Mati